The Smoke
membumbung semangat sang surya pagi ini menyinari jalan raya yang sudah dipadati kaum manusia dengan segala macam kendaraan yang berkerumun berdesakan mengejar sang waktu yang tanpa menawar terus saja bergulir. ini kisah dari seorang teman, pagi ini adalah pagi pertama Kiya di sekolahnya yang baru, dia baru saja diterima di sma, wajah hitamnya terlihat mengkilat karena keringat bercucuran kala mengejar bis kota. dia dapat tempat duduk ditengah bersama penumpang bis kelas ekonomi yang penuh dengan udara panas, dia harus menaiki bis itu sejauh 5 km untuk sampai di smanya, ditengah perjalanan ada seorang cewek yang cukup cantik menurut Kiya, karena bis sudah penuh dengan anak sekolah dan para pekerja cewek itu berdiri dan kebetulan ada didepan Kiya, tapi yang dipikiran Kiya itu adalah takdir dari Tuhan.
"maaf mbak, silahkan duduk." Kiya sambil beranjak mempersilahkan wanita itu duduk, kalau aku belum tentu begitu, perjalanan masih panjang 'bro, masih setengah jam lagi. waktu yang cukup lama untuk berdiri di kendaraan umum.
tanpa terasa bis berhenti di halte dekat sma, beberapa anak turun dari bis, Kiya segera saja berjalan memasuki gerbang sekolahnya, dipandangnya sekolah yang cukup megah dibanding smpnya di desa dulu, asal tau saja dia dapat bersekolah disana berkat bantuan dari pamannya, yang menyumbang segala administrasi sekolahnya yang cukup terkenal, terkenal mahal tapi setara dengan lulusan yang dihasilkan. sebentar saja menunggu, bel telah dibunyikan, semua peserta didik alias siswa segera beranjak ke halaman sekolah yang cukup luas karena ada apel penyambutan siswa baru, hampir satu jam anak-anak berdiri akhirnya apel telah usai, Kiya bernapas lega.
"haaah, akhirnya kelar"
"iya nih, masa apelsaja lama bener" kata siswa di samping Kiya
"padahal kita setiap senin nantinya akan mengikuti upacara lho" timpal Kiya
"iya ya, bakal mati bosan nih kalo upacara, eh kenalin gue Rendra biasa dipanggil Rere"
"aku Kiya, biasa dipanggil Kei" sambil berjabatan tangan
ditengah asiknya berbincang, terdengar suara dari petugas sekolah
"pengumuman, bagi siswa baru segera memasuki kelas masing-masing, pembagian kelas sudah ditempel di papan pengumuman di loby utama, harap diperhatikan, bila nama anda belum ada didaftar, anda harus segera melapor ke ruang TU, pintunya didekat papan pengumuman, terimakasih"
tanpa kompromi semua siswa-siswi baru mengeroyok loby utama khususnya papan pengumuman, bayangkan saja 270 anak bebarengan menuju ke loby yang lebarnya hanya 7 meter sejauh 10 meter, apa yang terjadi?
"Kei, kamu g liat pengumuman kelas?" teriak Rere yang sudah berlari meninggalkan Kiya
"yang bener aja, masa kita mau disuruh berjejalan disana" sambil menunjuk kerumunan siswa di Loby
"wah g nyangka bakal seperti ini, baru sadar gue kalo berjibun kaya gitu, ya udahlah biar agak sepi dulu baru kita samperin" kata Rere sambil nunjuk taman didekat halaman sekolah
"kita nongkrong disini dulu ya"
"kita disana saja ntar malah dimarahi guru lho re"
"g apalah, palingan mreka sibuk ngurusi kerumunan itu, kite nyante aja sob"
"kalian kenapa enak-enak duduk disini sedang yang lain sibuk mencari kelas mereka, apa kalian tidak berniat sekolah disini!"
"(ya tuhan), maaf pak kami disini sedang menanti antrian untuk melihat pengumuman itu, saya lihat teman-teman sangat antusias jadi berkerumun bebarengan seperti itu, ini kami mau kesana karena terlihat sudah agak lengang, pak" dengan sopannya Kiya menjawab, biasa dari kampung belum mengenal bahasa gaul anak kota
"iya pak, gue ma Kiya ini sedang ngantri pak, disana kan panas berjubel-jubel, jadi kami ngadem dini, ini kami mau kesana ngeliat pengumuan"
"ya sudah cepat sana!"
sambil cengar-cengir mereka berlalu menuju Loby.
"eh tunggu, kamu, nama kamu siapa?" sambil menunjuk Rere
"gue pak? gue Rendra."
"gunakan bahasa yang baik, saya ini guru bahasa indonesia, jangan lecehkan bahasa bangsamu sendiri, ingat itu!"
"ah, iya pak , maaf" sambil menarik Kiya untuk bergegas takut diberi hukuman
di Loby masih ada 30an siswa yang masih sibuk mencari-cari namanya, Kiya dan Rere yang datang belakangan menuju pengumuman untuk kelas X-1, ternyata kedua siswa aneh itu tidak tercantum dalam daftar X-1, begeser ke X-2, ternyata juga tidak ada, lanjut ke X-3, juga masih belum menemukan nama mereka didalam daftar, terus berlanjut hingga ke kelas X-6, ternyata nama Rendra Kusuma Magata terpampang disana
"eh nih nama gue ada di X-6, nama loe kok g da ya" sambil melihat lagi daftar nama X-6
sambil cengar-cengir Kiya menjawab "itu ada No. absen 13 Muhammad Abu Rifkiansyah"
"oh jadi, ternyata" mereka berdua terbahak tertawa karena nama Kiya tidak sesuai tampangnya, seorang yang berpenampilan biasa saja bertampang konyol misterius alias item paras desa bisa bernama religius
segera saja mereka menuju kelas X-6, ternyata disana sudah penuh dengan siswa baru dengan wajah bahagia tanpa dosa, didepan berdiri seorang guru wanita muda berparas lumayan cantik untuk seorang guru, dan guru itu adalah wali kelas X-6, sedang berceloteh tentang tata tertib siswa.
(tok,tok,tok)"maaf bu, kami agak terlambat masuk kelas"
"kami tadi terjebak macet di Loby" tambah Rere sambil tersenyum
"ya silahkan duduk, ibu juga belum lama kok!"
mereka berdua segera menuju bangku kosong yang ada di pojok kelas
"eh tunggu dulu, nama kalian siapa?"
"gue, eh saya Rere bu, Rendra Kusuma Magata"
"ya, No. 30 ya, kalau kamu?"
"saya Kiya, No. 13" lupa menyebutkan nama lengkapnya.
"disini No. 13 Muhammad Abu Rifkiansyah?"
"oh iya bu, itu nama lengkap saya" sambil menundukan kepala karena malu
beberapa siswa terdengar cekikikan melihat adegan itu, yang agak kaget juga ada yang penuh perhatian menatap Kiya, dan dia itu adalah wanita yang ada di dalam bis bersama Kiya tadi pagi.
"sudah, ibu lanjutkan ya"
"tadi sudah sampai peraturan No.2 ya . . ."
Kiya segera mengeluarkan buku serta pensil kesanyangannya, dan mulai mengguratkan pensilnya membentuk gambar sesuai keinginannya, dia memang tipe orang yang mudah bosan dalam kelas untuk itu dia perlu mengusirnya kalau tidak dia bisa tertidur dalam sekejap, satu-satunya cara hanya dengan menggambar. berbeda dengan Rere dia seorang yang antusias dalam kelas, suka memperhatikan saat pelajaran juga orang yang aktif walau kadang dia suka aneh dan sedikit sombong.
"nah ibu sudah menjelaskan peraturan di sekolah kita ini, juga sudah sedikit bercerita tentang kondisinya, ini ada jadwal MOS untuk 1 minggu kedepan silahkan nanti diperbanyak sendiri ya, sekarang sebagai wali kelas kalian selama 1 tahun kedepan, ini pengalaman ibu sebagai wali yang pertama kali, ibu minta setiap siswa maju kedepan, perkenalkan diri kalian, kalian belum saling kenalkan? nah dimulai dari No. absen 1, silahkan maju kedepan" siswa No. 1 segera maju dan berdiri di samping bu guru
"Saya Aan Sudrajat, asal majalengka . . ." sejenak Kiya memperhatikan, sejurus dia langsung membuka lembar baru bukunya untuk menggambar lagi, kerena dia tidak tertarik dengan perkenalan semacam ini. beberapa siswa sudah maju memperkenalkan diri. kini tiba giliran No. 7, seorang siswi yang lumayan cantik atau manis atau apalah istilahnya untuk cewek yang wajahnya enak dipandang namun kulitnya tidak putih namun coklat muda nan bersih bersinar. namun Kiya belum tahu dan belum menyadarinya.
"Teman-teman perkenalkan nama saya Kirana Andini, saya asli dari Surabaya namun sudah sejak lulus SD saya pindah ke Jakarta karena Ayahku pidah tempat kerja . . ."
"hey Kei lihat itu ada cewek lumayan noh didepan, kayaknya sih dia tipemu, tipe-tipe agak udik, hahaha" sindir Rere yang duduk sebangku dengan Kiya.
"enak aja, masa baru kenal tadi pagi udah kayak kenal sejak lahir"
"gue kan dah punya firasat bakal deket ma loe, liat tuh dari tadi dia terus menatapmu penuh harapan"
"idih amit-amit, emangnya kamu setengah duk..." Kiya berhenti terpaku melihat cewek itu, seakan tidak percaya, apakah ini tadik Ilahi (dalam benaknya) karena duduk di barisan paling belakang Kiya jadi tidak tau wajah teman sekelasnya yang duduk didepannya
"tu kan bener sampai tidak bisa berkata-kata, nah loe, lanjutin omonganmu tadi"
"emangnya kamu setengah dukun ya kok tau seperti apa seleraku?" sambil memukul kepala Rere dan memperhatikan Nana (sapaan untuk Kirana Andini).
"Hoby saya membaca cerita, mulai dari fiktif maupun yang fakta seperti berita, sekian perkenalan saya, terimakasih" Nana menutup perkenalannya sambil beranjak ke tempat duduknya, namun Kiya mengacungkan tangannya
"Kirana tunggu sebentar, tuh temanmu ada yang mau bertanya Kirana" kata bu guru sambil menunjuk Kiya
"ya mau bertanya soal apa ya?" agak tersipu malu
"panggilanmu siapa?" (siswa lain bersorak)
"Nana, ada pertanyaan lain"
"tidak ada" (siswa lain semakin terbahak bersorak mengolok-olok Kiya)
"ya sudah silahkan duduk, ternyata dari tadi tidak memperhatikan temannya, lalu bertanya dengan pertanyaan yang agak aneh, ya sudah ayo dilanjutkan" kata bu guru.
beberapa menit berlalu, kini tiba giliran Kiya maju kedepan, dia maju kedepan diiringi sorak sorai teman-temannya.
"em... perkenalkan, saya Muhammad Abu Rifkiansyah, dari kecil dipanggil Kiya namun sewaktu SMP disingkat jadi Kei, asli Klaten, di Jakarta tinggal bersama pamanku, hoby menggambar, membaca cerita, dan menggambar . . . hem, itu saja yang ingin saya sampaikan"
"wah-wah cukup singkat perkenalanmu, Kei, ada yang mau bertanya?" kata ibu guru kepada siswanya, ada 2 anak yang mengangkat tangannya, Rere dan Nana
"wah-wah sudah ada Chemistry di kelas ini ya" sontak semua siswa bersorak gemuruh, hanya Nana yang tersipu malu
"sudah-sudah, Nana mau bertanya apa pada Kei"
"anu, soal tanggal lahir sama motivasi masuk sma" (sejurus semua siswa tanpa dikomando langsung bersorak sorai lagi)
"2 november 1994, motivasi tidak ada, hanya ingin melajutkan pendidikan saja"
"jawaban yang singkat lagi, ternyata Kei orangnya tidak suka basa basi bicara panjang lebar ya, sekarang Rere mau bertanya apa?"
"ke sekolah naik apa, pelajaran yang disukai apa?" oh ya tadi ada titipan dari Nana sudah punya pacar belum?" sambil cengar-cengir melirik ke Nana yang memerah mukanya dan disambut sorakan membahana dari teman yang lain.
Huh dasar sinting (pikir Kiya)" naik kaki mas, pelajaran Biologi, sudah punya banyak tak simpen di gudang!" jawab Kiya dengan nada agak ketus tampang sinis tanpa ekspresi ciri khasnya sambil berjalan kebelakang dengan iringan suara "huuu" yang kompak sekelas.
"wah jawaban yang tak disangka ya, kalau kamu suka biologi, nanti kamu bisa jadi asisten saya di Lab untuk kelas ini ya, karena ibu mengajar biologi di kelas satu atau X"
sesaat dia melirik ke Nana yang pasang tampang agak marah campur kecewa. Kiya memang seorang yang dingin tanpa ekspresi, sejak kecil dia memang didik untuk tidak caper alias cari perhatian nanti dikira menjilat karena dia hanya anak orang "kecil" namun sebenarnya hatinya memancarkan kehangatan bagi orang yang dekat dengannya.
"perkenalkan saya Rendra Kusuma Magata, sering dipanggil Rere, saya anak riang yang suka membaca buku ensiklopedia, acara tv semacam BBC, hoby naik motor atau sepeda, tidak suka pelajaran olah raga, karena capek, asli jakarta . . ."
gomong apa sih dia, tunggu pembalasanku ya re, gumam Kei dalam hati
"saya masuk sma karena saya ingin kuliah di perguruan tinggi, nah ada yang mau bertanya"
"sepertinya hanya Kei saja yang mengangkat tangan"
"perkenalanmu kepanjangan, kayak pidato kenegaraan mas, aku cuma mau tanya tadi malem ngompol berapa kali?" gelak tawa membaha di kelas
"ternyata pidato perkenalan saya sudah sangat jelas, sampai hanya pertanyaan konyol yang muncul, baik saya terakhir ngompol saat tk"
"cukup Re, kamu boleh duduk, ibu rasa sudah cukup perkenalannya ya, sekarang mari kita bentuk pengurus kelas ya . . ." tiba-tiba Kei mengangkat tangannya " ada apa Kei?"
"maaf bu, ibu sendiri belum memperkenalkan diri?"
"oh iya maaf ibu lupa karena perkenalan kalian yang luar biasa, nama ibu Shinatanti Mahanani, biasa dipanggil Hana, ibu Hana, status masih single, umur 28 tahun, sudah 4 tahun menjadi guru di sma ini, mengajar biologi, oh ya selasa depan jam pertama pelajaran biologi, kamu datang pagi-pagi langsung ke Lab biologi ya Kei"
"em, ya bu Hana"
setelah masa perkenalan terlewati, pengurus kelas terbentuk, hari-hari melelahkan MOS belalu, hari berat sudah didepan mata, pelajaran-pelajaran rutinitas setiap hari rutinitas tugas rumah yang harus dikerjakan, membuat presentasi dan diskusi kelompok harus dilalui setiap siswa.
"hari ini hari selasa harus bergegas nih" pikir Kiya
pagi-pagi Kiya menunggu bis di Halte, didalam bis masih lengang, hanya beberapa ibu yang mau kepasar, Kei memasang Ipodnya dan mendengarkan lagu kesukaannya, tanpa sadar ada yang duduk disampingnya, dia tetap melihat keluar jendela, biasa sekedar mengusir rasa bosannya, tiba-tiba ada yang menarik hetset dari telinganya, sontak dia langsung menengok
"Heh....! Lho Na, kenapa berangkat sepagi ini?" dengan tampang kaget
"kamu ini dipanggil dari tadi, g nyaut-nyaut, sengaja brangkat pagi, kamu kalau selasa pasti berangkat sepagi ini, pasti g bisa sama kamu kalo aku brangkat seperti biasa!" dengan wajah agak ngambek
"maaf ya tadi agak ngebentak, soalnya kaget, emang kamu suka pa bareng ma manusia kaya aku?"
"g papa, emang kenapa, g boleh ya?"
"boleh sih, tapi biasanya jarang ada yang mau barengan ma aku"
"agak malu sih, eh ngomong-ngomong makasih waktu itu ya"
"malu kenapa?waktu apa?" biasa penyakit amnesia Kei kambuh saat dekat orang yang disukanya
"tau ah pikir aja sendiri"
hari-hari Kei terasa menyenangkan saat bersama Nana, mereka semakin dekat saja, namun siapa sangka Nana adalah anak dari seorang pengusaha kaya raya, dia naik angkutan umum hanya karena dia tiddak ingin bergantung ada fasilitas ayahnya, dia ingin belajar mandiri, padahal ayahnya sudah menyiapkan mobil serta sopirnya untuk Nana. satu semester berlalu, hari-hari yang menyenangkan berubah menjadi kejam bagi Kei, karena dia tidak suka harus mengerjakan soal ujian.
"hey, Re, males nih bentar lagi ujian semester"
"oh iya ya, loe musti lebih rajin belajar deh kalo mau lulus semester ini"
"kamu bantu aku ya"
"oke hari minggu ini loe dateng ja ke hum gue, tar gue ajarin, tiap hari rutin loe dateng ja, kebetulan gue agak kesepian di hum sob"
"sip deh, tapi jangan ada 'sumur asat, sawah garing ya' okey dab"
"...." wajah bloon Rere muncul " heh bahasa apaan tuh"
"cari tau aja di kamus bahasa jawa, hahaha" sambil nyelonong keluar
"buset nih anak minta bantuan malah bikin suseh aje" pikir Rere, "oh ya kan si Nana asli jawa timur mending gua tanya dia ja" sambil beranjak keluar kelas mencari Nana
"hei Na, loe sibuk g? gue mau tanya nih"
"hei Re, enggak, tanya apaan?"
"ini nih doi loe itu kasih teka-teki nih, apa artinya 'sumur asat, sawah cungkring'?"
"cowokku? siapa? hemm, maksudmu 'sumur asat, sawah garing' kan?"
"sapa lagi kalo bukan si Kei, ah iya itu"
"hahaha, dia bukan doiku Re, itu artinya, tamumu minta suguhan, tapi dengan bahasa kiasan dalam bahasa jawa"
"lho kalian g jadian to? gue liet makin deket ja tuh"
"enggak kok, dia emang baik sih, waktu pertama ketemu ja dia bantu aku, padahal belum kenal, dia enaknya dijadiin sodara bukan pacar"
"wah loe tega, jangan-jangan loe udah punya cowok ya"
"sebenere bukan cowokku sih, tapi tunanganku, soalnya aku dah dijodohin ma ortuku"
"wadduh, siti nurbaya nih,mang loe tinggal daerah mana sih?"
"aku tinggal di Bintaro"
"hemm, kenal sama pak Andika?"
"weh, itu ayahku, ibuku Niken, makane namaku jadi Andini"
"lhoh itu soib bokap gue tuh, bokap loe yang punya PT. _"
"iya kok tau, jangan-jangan ayahmu yang punya PT._"
"iya, jadi yang dijodohin ma kakak gue Hardiansyah Kusuma Magata itu loe"
"itu kakakmu ya?"
"ya udah trims"
pikiran Rere melayang jauh, bagaimana dia mau mengatakan kenyataan ini pada Kei sahabatnya, dia pusing sendiri, baru pertama kali ini dia pusing, lebih baik disuruh ngerjain soal selama 5 jam, dia memang kurang dalam urusan sosial semacam ini. hari berganti hari Kei selalu belajar dirumah Rere yang terlalu megah untuk Kei. sampai hari terakhir belajar sebelum ujian, hari terakhir adalah ujian seni rupa, hanya menggambar, namun Kei tetap pergi kerumah Rere karena dia yang akan mengajari Rere, setelah hampir 2 jam mereka belajar, mereka istirahat dan memakan cemilan serta nonton kartun kesayangan mereka.
"Kei, gue punya kabar buruk buat loe"
"berita apa, setiap hari bukanya tiap hari kamu jadiin hari buruk terus hah"
"ini serius g becanda kayak biasanya"
"so, apa?"
"gue g bisa ngomong langsung, tar loe pikir gue fitnah" sambil narik Kei ke kamar kakaknya
"..." Kei hanya bingung
"nah loe liat ndiri aja deh"
"buset megah bgt nih kamar, kamah ortumu ya"
"nih bocah udik bgt, noh liat foto itu" sambil nunjuk foto yang di dekat jendela, foto tunangan kakaknya yang alias Nana
"beneran nih Re, ini kakakmu kan, trus wanita tunangannya ini . . ." oh tuhan cobaan apa ini, pikir Kei
Kei langsung terduduk lemas, dia dipapah Rere ke kamarnya untuk minum dan menenangkan hatinya, Rere merasa bersalah
"sorry sob, gue g bermaksud . . ."
"kamu g salah kok Re, aku berterimakasih karna kamu dah membuka mataku, kamu emang sahabat baikku, kita teman selamanya, kamu sudah seperti sodaraku"
"trims Kei, tapi loe g papa kan?"
"g papa Re"
sesaat bel berbunyi dan siapa yang datang, ternyata adalah Nana, dia datang karena mau ketemu kakaknya Rere, dia tidak tau kalo ada Kei.
"bi, kak Hardi ada?"
"belum pulang non, paling bentar lagi, ini kan sudah jam 5, kalo den Rere ada non, di kamar sama teman sekolahnya, mungkin non Nana kenal, kan non sekelas sama den Rere"
"oh ya bi, orangnya agak item, tampang sinis ya bi?" tanya Nana dengan cemas
"iya kok non tau"
tanpa babibu langsung Nana berlari kekamar Rere, disana dia mendapati Kei yang terduduk lemas menundukan kepalanya dan Rere sedang menyemangatinya
"Kei" teriak Nana
"aku pulang dulu Re" dengan kalemnya dia meraih tasnya dan berjalan keluar " tapi loe yakin g papa Kei"
"aku duluan Na" tanpa menggubris omongan Rere, Nana hanya terdiam, Rere juga diam tidak tahu harus bagaimana.
"bi saya pulang dulu ya, terimakasih makanannya"
"ah si aden ini, kan sudah jadi tugas bibi nyiapin makanan buat tamu"
"iya terimakasih ya bi"
"Re sejak kapan dia jadi seperti itu, sejak kapan dia kesini?"
"baru saja, setelah melihat foto pertunangan loe, di kamar kakak gue noh, sudah 3 minggu tiap hari kesini, gue yang minta, les privat ma gue"
"oh ya udah makasih, ntar kalo kakakmu dateng bilang ja aku dah pulang, mau ngiapin ujian besok"
esoknya ujian seni rupa, soalnya cuma ada satu, bebas berekspresi, gunakan ilmu yang sudah kalian pelajari, waktu mengerjakan 1,5 jam, anak-anak antusias membuat gambarnya, hanya Kei yang termenung, entah apa yang dipikirkannya, setengah jam berlalu, beberapa siswa hampir menyelesaikan gambarnya, Kei baru mau memegang pensilnya, Nana mengamatinya dengan rasa khawatir, tangan Kei ngemetar dan mulai menggoreskan pensilnya, goresan demi goresan dia buat, setiap goresan adalah curahan hatinya, dia menggunakan semua trik yang dia pelajari selama ini, dan hasilnya...
hari-hari Kei tanpa semangat, dia menjadi pemurung, walau sebelumnya sudah murung, kini tambah murung lagi, sering bolos dan merokok diatap sekolah, Rere menjadi kasihan melihat keadaannya, dia mengadu pada bu Hana wali kelasnya, lalu Kei dinasehati bu Hana, namun tetap saja dia murung, sebagai seorang sahabat Rere hanya bisa menhiburnya lewat games. sampai hari pembagian laporan hasil belajar alias rapor, kali ini yang datang dia sendirian, siswa lain didampingi orang tuanya, sang wali kelas belum datang seperti biasa dia sibuk dengan binder gambarnya, sesekali dia memperhatikan ayah Nana terlihat akrab berbincang dengan ayah Rere. akhirnya bu Hana datang dengan membawa tumpukan buku ditangan yang nampaknya berat, dengan inisiatif sebagai asisten Kei menghampirinya dan membawakan buku-buku itu, semua orang yang sebelumnya memandang sebelah mata menjadi memperhatikannya. dan akhirnya semua rapor telah dibagikan, semua siswa berserta orang tuanya meninggalkan kelas satu per satu setelah diberikan masukan oleh bu Hana, yang tertinggal hanyalah Kei, karena memang dia disuruh untuk tetap tinggal.
"Kei, ayo ikut aku keruang guru" tanpa sepatah kata dia mengikuti bu Hana
sesampainya di ruang guru, sudah berkumpul semua guru, semua duduk ditempat masing-masing, bu Hana menyuruh Kei duduk disampingnya, kepala sekolah datang dengan staff wakaseknya.
"rekan-rekan sekalian, seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, kita telah menemukan satu bibit bakat yang harus kita bina, seperti 15 tahun yang lalu, nama sekolah kita telah diharumkan di kancah Nasional maupun Internasional, karena bakat seorang anak, dia dulu bernama Abu Kirsarani, sekarang M. Abu Rifkiansyah, bakat dibidang seni, namun dulu kita telah membuat kesalahan, yang membina tanpa kelanjutan, sekarang kita akan bina dia sampai benar-benar berhasil dengan tangan emasnya"
plok-plok suara tepuktangan membahana, namun yang dipikiran Kei adalah kenapa nama ayahnya disebut-sebut?
"nah Kei kami akan membantumu seperti yang dilakukan kepala sekolah dahulu pada ayahmu, kau akan kami ikut sertakan dalam sekolah seni di luar negeri tepatnya di perancis, kamu akan berangkat setelah libur semester ini, kamu bersediakan?"
seperti sebuah mimpi, dia akan bersekolah seni ke luar negeri yang menjadi impiannya sejak kecil. lalu setelah menandatangi surat pendaftaran dia diberi tahu bu Hana, kalau gambar saat ujian seni rupa telah mengambil hati kepala sekolah yang dulunya guru seni rupa yang membimbing ayahnya, namun dulu ayahnya tidak dibina sampai benar-benar matang, al hasil walau sudah menjuarai beberapa sayembara setelah lulus menjadi tidak tentu hidupnya, sampai suatu kecelakaan merenggut nyawanya.
pulang sekolah dia mampir ketempat Rere mengabarkan kabar gembira ini, Rere pastinya senang namun juga sedih bakal ditinggal Kei. setelah itu Kei mengajak Rere makan ditempat kesukaannya, di pinggir taman warung makn biasa namun istimewa bagi Kei, karena makanan khas dari daerahnya, selain pemandangannya yang bagus, sesampainya disana dia memsan 2 porsi, ditengah rasa senangnya sekaligus menikmati makanannya tiba-tiba Nana muncul dan memesan makanan yang sama, Rere memanggilnya
"Na" Kei tersentak dan kaget seakan dia mau berlari menjauh, namun Rere memegang tangannya
"hei... kalian rupanya"
"sudahlah Kei, loe mesti ngadepin kenyataanya"
namun bangku yang disediakan sudah penuh, tidak ada tempat kosong lagi
"Na ngpain loe makan di warung kayak gini?"
"aku kan anak asli indonesia, g suka makanan import yang tersaji di keluargaku, sesekali kesini kan g masalah, tapi sepertinya tempatnya penuh ya, mesti nunggu lama nih"
"g masalah kalo ada aku" sambil berdiri dengan tampang sinisnya Kei beranjak dan menghampiri yang punya warung, Rere dan Nana hanya diam mem[erhatikan polahnya Kei, terlihat dia berbincang akrab dengan sang empunya warung, lalu terlihat dia mulai memasak, setelah 10 menit dia kembali
"ayo ikut aku" sambil membawa makanannya yang belum habis dan sepiring lagi yang baru dia masak
"nah silahkan duduk" sambil menunjuk tikar dibawah pohon,"tikar itu milik pak Man, yang punya warung katanya boleh kita pakai" tikar itu biasanya dingunakan pak Man untuk istirahat saat tak ada pembeli
"kamu tadi pesen minum apa Na?"
"es teh kampul Kei"
Kei pergi kedapur lagi dan membuatkan minuman untuk Nana, karena waktu itu pesanan lagi banyak dan Nana harusnya dapet jatah kloter akhir, namun Kei sudah kenal akrab dengan pak Man dan sering membantunya, jadi sudah tidak canggung lagi.
"Na, loe tadi pesen apa?"
"es teh kampul emangnya kenapa?"
"itu minuman apa?"
"itu seperti lemon tea, cuma ada irisan jeruk yang mengapung didalamnya, dalam bahasa jawa mengapung itu kampul?"
"..." Rere tetap saja bingung
Kei kembali dengan 2 gelas es teh kampul, untuk Nana dan Rere yang terlihat penasaran
"aku sudah akrab dengan pak Man jadi aku boleh mengambil sendiri, nih pesananmu, silahkan dinikmati"
"makasih Kei, tak ku sangka kamu bisa masak juga ya, apalagi masakan khas seperti ini"
"ya dulu aku pernah bantu temenku jual bakmie godog didaerah Solo"
suasana sedikit mencair, mereka terlihat asyik ngobrol, sampai tak terasa malam semakin larut, dan mereka harus segera pulang.
"Kei, kenapa akhir-akhir ini kamu jarang naik bis?"
"ah itu gue yang jemput dia Na, gue kasihan ma dia Na"
"oh, kirain dah punya motor sendiri"
"ya sudah, Re,Na ayo pulang, dah malem nih"
"ah sial, HPku batrenya abis" kata Nana sambil ngeliat Rere
"gue g bawa HP"
"ya sudah, aku pulangnya jalan kaki saja, Re kamu anter Nana pulang ya"
"bener nih Kei, kamu plang jalan kaki?"
"iya g papa kok Na, sekalian aku mau cari udara segar"
"kalian duluan saja aku mau bantu pak Man dulu"
setelah membayar Rere dan Nana berjalan menuju parkiran
"Na, Kei sebentar lagi mau pergi ke perancis, dia dapet bea siswa dari sekolah"
"yang bener Re, kenapa g bilang dari tadi sih" Nana langsung berlari kembali ke warung
"pak Man, mungkin ini terakhir aku bantu paman lho"
"lho kok gitu to le, pak Man ini sudah menganggepmu kayak anak sendiri, apa kamu tidak betah disini le"
"g kok pak, aku dapet bea siswa sekolah ke luar negri, jadi g bisa kesini lagi pak"
"yo wis, sing ngati-ati yo le" sambil pelukan dengan Kei, Nana tidak berani ganggu
"eh Na, kenapa kembali lagi, ada yang ketinggalan?"
"ah tidak kok" sambil berlari memeluk Kei
"eh jangan seperti ini, g enak dilihat orang lain, kamu kan sudah bertunangan" sambil melepas pelukan Nana
"kamu jahat, mau peergi jauh g bilang-bilang"
"iya maaf"
malam itu Kei menyatakan perasaannya pada Nana, bahwa dia menyukainya sejak pertemuan di bis, Nana pun sebenarnya juga suka dengan Kei, namun dia sudah berrtunangan, dan akhirnya Kei berkata "aku akan menjadi Little mermaid bagimu, aku akan menjadi asap yang akan lenyap di keheningan udara"
sejak saat itu, liburan akhir semester adalah kenangan indah bagi mereka berdua, mulai dari acara pensi disekolah, acara lomba tari Nana, kemah bakti sekolah mengisi hari bahagia mereka berdua, akhirnya hari kepergian Kei tiba.
"hari ini hari kepergianku, kalian sahabat yang baik, Rere, Nana" sambil berpelukan bertiga
"bapak ibu guru terimakasih bimbingan anda sekalian"
"saya akan berjuang sebaik-baiknya untuk kalian semua, kalian juga harus berjuang ya disini"
"selamat jalan Kei" semua orang berteriak mengiri kepergian Kei
"tunggu Kei" Rere dan Nana berlari menghampiri Kei
"terimakasih" Nana memeluk Kei
"sebenarnya gambar saat ujian dulu gambar apa?" kata Rere
"gambar kita bertiga" kata Kei
"I just like smoke for you, I'll disappear in the air" bebisik pada Nana lalu pergi sambil melambaikan tangan dan Nana hanya menangis di pelukan Rere.
No comments:
Post a Comment