Memerah langit sore itu, mentari senja terpana hari berakhir begitu indahnya, seperti terbenamnya rasa itu dalam hatiku, mungkinkah waktu akan meluluhkan kerasnya hati yang membatu karena arogasi seperti deburan ombak menyapa sang karang yang semakin lama semakin terkikis kekokohannya, burungpun selalu berkicau saat mentari beranjak dari peraduannya menyambut hari baru seperti harapan yang dulu pernah ada yang selalu terulang kemali, membangkitkan gairah sang luka lama, hati ini memang ingin melewati masa ini untuk meraih mimpi-mimpi yang melukai jiwa, hari yang senantiasa tersenyum memimpikan langit biru diangan-angan.
Aku sudah terlanjur terlalu menyukai sang mentari yang menyilaukan walau mata ini tak kuasa menahan tetes-tetes embun yang mengalir karena keangkuhan silau cahayamu, namun aku tetep tersenyum padamu, inginku teriakan suara hatiku padamu, jeritan hati yang sudah lama berteriak padamu, inginku bersanding denganmu wahai mentari walau panasmu dapat membakarku kesejukan hatimu akan menjadi obatnya, aku harap semua akan dapat aku lewati demi dapat bersama, membumbung tinggi asaku jita bisa bersama, walau membuatku terluka aku tetap berharap.
Setiap senja sosokmu menghilang ditelan dinginnya sang malam, terpisahkan menjadi tangga yang teramat jauh tingginya, bulan bintang asalku bertolak darimu, sungguh menyesakkan dada, haruskah aku membawa mereka mendekat padamu, sebuah angan yang mustahil bagiku untuk menjdikannya kenyataan wahai matahariku, haruskah aku meninggalkan gaun keagungan malam yang selama ini menyelimutiku, merubahnya menjadi jubah silau sang mentari, sungguh kenyataan yang membuat padam api asa dalam dada.
Keadaan ini sungguh membuatku luka, semua syarat untuk bersanding denganmu nampak terlalu mustahil untuk seorang seperti diriku, tirai malam telah menjadi selimut kehidupanku yang tak akan sanggup mehan terik kemilaumu sang surya, sejak dulu memang dunia kita terlalu bertolak belakang namun aku selalu berharap semua kenyataan ini bukan menjadi penghalang, asa itu selalu memenuhi hatiku, karena memang kami yang terpilih oleh hatiku yang tak pernah dapat dihuni oleh yang lain tak kan tergantikan indahnya cahayamu dalam hati ini, keadaan yang tak pernah memperlihatkan senyumnya pada hati ini yang membuatku tersiksa, akankah datang hari dimana siang dan malam dapat bersama ataukah itu hanya akan menjadi mimpi sang penghuni malam gelap dalam sisi hatiku?
No comments:
Post a Comment