Thursday, November 8, 2012

Jalan panjang sang pemenang

Melewati lorong gedung yang megah, berjalan dibawah sinar rembulan, malam itu langit nampak indah, bintang gemilang bernanar, mantelku sudah terasa dingin, rokok tinggal sebatang, terus aku berjalan tanpa arah yang pasti menikmati petualanganku di negeri entah apa namanya, setelah bermandikan dinginnya malam aku dapati diriku disebuah taman yang tak terawat, terlihat disana ada sebuah warung, segera aku langkahkan kakiku kesana, seorang penjual yang sudah tua nan lusuh, "mau makan apa nak?" Suaranya yang berat akan meluluhkan setiap hati yang mendengarnya, gubuk itu menjadi saksi perjuangan beliau, "tidak pak, jahe panas saja" segera tangannya yang lusuh menyedu jahe dengan air panas dari teko, terlihat getar tangan kekarnya yang dimakan usia, wajah sayu lelah terukir jelas, dai sini dimulai kisahnya.
Hari sunyi menyambut semua orang, setiap waktu yang berjalan tanpa perubahan, hasan mengayuh sepedanya kesekolah, melewati hiruk pikuk kota bandung, dia memang seoang pekerja keras tanpa kenal lelah, disekolah dia memang murid teladan, banyak guru dan siswa lain yang bersimpati padanya, termasuk buyung, hari itu adalah hari pertama ujian nasional untuk sma dan sederajat, sudah 3 tahun mereka berteman, mereka surah seperti kakak adik.
Satu setengah jam sudah berlalu, ujian berakhir dengan bel yang berdentang dengan angkuhnya, semua siswa keluar dengan gurat wajah yang tercetak jelas, peluh mengalir disela terik mentari, selama dua hari mereka akan menempuh ujian ini, bagi hasan dan buyung ujian ini bukanlah masalah yang berarti, karena mereka sering belajar bersama dan saling bertukar wawasan disela pelajaran yang penuh sesak, setelah itu masih ada ujian sekolah dan ujian praktek yang harus mereka jalani. Namun yang terpenting adalah laga final turnamen basket kejuaraan nasional antar sma, jika hari itu mereka menang, mereka akanmasuk babak final, hasan memang jarang diturunkan dalam sebuah laga, ya karena dia lebih pendek dibandingkan teman-temannya, sedang buyung selalu dipasang sebagai starter, buyung memang tinggi dan berpostur besar dia selalu menjadi andalan tim untuk mencetak angka, namun hari itu musuh yang mereka hadapi paham betul pola permainan tim mereka, pelatih sampai pusing dibuatnya, sudah bermacam strategi permainan sudah dicoba namun mereka tetap tertinggal jauh dari poin lawan, "pelatih sudah saatnya kita memasukkan si'hidden ace', dengan tim yang sekarang tidak mungkin menang" kata assisten pelatih, "apa boleh buat, padahal rencananya dia keluar saat final" pelatih memasukan hasan sebagai center, posisi pengatur serangan dalam basket, "san, lakukan sesukamu, semua planing tim kuserakan padamu, kamu tau apa yang harus kamu lakukan", hasan masih belum mengerti tapi dia akan mencoba, selama ini dia dibangku cadangan selalu mengamati kawannya bermain dan sekarang semua pola itu tidak berguna karena pemain lawan sudah paham pola itu, sekaang dia harus memutar otak mengatur strategi, dia menyuruh penyerang mundur ke posisi  bertahan, sedang pemain bertahan menjadi penyerang, awalnya pemain lain tidak setuju, namun karena desakan pelatih akhirnya mereka setuju, awalnya mereka agak kacau namun berkat instruksi dari hasan dan pelatih mereka mulai menemukan irama permainan mereka, dan hari iru mereka menang tipis dari lawan mereka dan semua itu berkat strategi hasan bahkan hasan terpilih sebagai pemain terbaik dalam pertandingan itu, semua merasa senang dan bangga namun ditengah kemeriahan itu ada yang merasa iri, buyung merasa hasan telah merebut tempatnya
hari kelulusan telah tiba, semua berwajah tegang menanti pengumuman dikelas mereka menanti namanya dibacakan sebagai siswa yang lulus, guru membacakan nama mereka satu per satu, hasan dan buyung merasa senang karena mereka dinyatakan lulus, setelah pulang mereka berbincang, hasan curhat ia ingin melanjutkan pendidikannya namun terkendala dana, buyung teringat bahwa di ibukota ada sebuah universitas yang menyediakan beasiswa untuk mereka yang berprestasi baik akademik maupun non akademik, karena mereka telah memiliki penghargaan dan medali dari basket, mungkin akan diterima.
setelah melengkapi persyaratan mereka berangkat ke ibukota sebagai mahasiswa baru, kerena beasiswa untuk mereka telah disetujui, semester pertama mereka lalui dengan semangat dan prestasi ya mereka telah mengikuti beberepa turnamen basket membawa nama universitas mereka, memasuki semester kedua buyung nampaknya bersikap aneh, lebih sering menghindar dari hasan, tampaknya menyembunyikan sesuatu.
malam melelahkan setelah latihan, hasan pulang ke kos berjalan kaki, jalan malam yang ramai namun acuh, dia merasa diikuti, disebuah tikungan yang gelap tiba-tiba dia ditusuk dari depan dan dipukul dari belakang tidak sempat menghindar ataupun membalas, mereka terus saja memukulinya, sampai-sampai tangan dan kakinya patah, kepalanya terus mengucurkan darah, bekas tusukan di perutnya terasa berdenyut, hingga akhirnya dia pingsan.
tersadar dia disebuah rumah yang lusuh, temboknya telah menguning, aroma tanah terasa mengudara, membuatnya rindu kampung halaman, tiba-tiba datang seorang wanita tua,"nak, kamu sudah siuman," hasan ingin bangkit dari ranjang reot itu namun kaki dan tanganya susah digerakan dan terasa kaku di persendiannya, kepalanya berdenging jarum apa yang ditangannya,"g usah bangun dulu tiduran saja dulu, kamu sudah koma selama 5 bulan, suamiku bekerja dirumah sakit sebagai tukang bersih-bersih, dia membawamu kemari karena pihak rumah sakit sudah tidak mau merawatmu, tidak ada yang tau identitasmu, tidak ada yang mau membayar biaya rumah sakit, kebetulan kami belum memiliki anak jadinya kamu kami rawat," apa yang sebenarnya terjadi, ingatan hasan masih pudar, masih belum bisa mengingat apa yang terjadi

No comments:

Post a Comment